Fungi – Crayonpedia

Ditulis oleh: -

7.1. Ciri dan sifat fungi (cendawan)
Fungi dalam bahasa Indonesia disebut cendawan. Ciri-ciri cendawan secara umum ialah makhluk hidup eukariotik, heterotrofik (tidak memiliki klorofil), memperoleh nutrisi melalui absorbsi dan enegi simpanannya berupa glikogen. Cendawan mempunyai struktur somatik bersel satu atau banyak (multiseluler), kebanyakan berupa hifa dengan komponen utama dinding selnya ialah zat kitin, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual dengan membentuk

spora. Dalam definisi ini, cendawan mencakup jamur, kapang, dan khamir. Jamur (mushroom) ialah cendawan yang tubuh buahnyaberukuran besar dan sebaliknya kapang (moulds) ialah cendawan yang berukuran renik. Khamir (yeast) ialah cendawan bersel tunggal.

Cendawan bukanlah tumbuhan atau hewan. Cendawan tidak memiliki klorofil seperti tumbuhan sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis dan menyimpan karbohidratnya dalam bentuk glikogen bukan pati seperti pada tumbuhan. Cendawan tidak menelan dan mengunyah makanan seperti pada hewan, melainkan merombak makanannya di luar tubuh secara enzimatik dan diserap melalui hifa.

Cendawan termasuk makhluk hidup eukariotik karena sudah memiliki inti sel yang terbungkus membran. Hidupnya bersifat heterotrof dengan menggunakan bahan organik yang sudah tersedia. Bahan organik yang digunakan dapat berupa bahan organik mati (saprotrof) atau bahan organik hidup (simbiosis). Simbionsis dapat
bersifat antagonistik (Gambar 7.1) dan mutualistik (Gambar 7.2). Cendawan yang melakukan simbioisis antagonistik dapat menyebabkan penyakit parasitik yang merugikan makhluk hidup inangnya. Sebaliknya, cendawan yang membentuk simbiosis mutualistik menguntungkan baik inang maupun cendawannya itu sendiri. Inang untuk cendawan ialah tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme termasuk cendawan.

Gambar 7.1.

Cendawan Ustilago maydis parasit pada jagung yang menyebabkan penyakit gosong.

Gambar 7.2.

Cendawan simbiosis mutualistik antara cendawan endomikoriza dan akar tanaman hortikultura.
Struktur somatik cendawan multiseluler tersusun atas benangbenang yang disebut hifa. Hifa merupakan tabung-tabung kecil berisi sitoplasma dan nukleus. Dinding sel hifa umunya tersusun atas kitin. Kumpulan hifa akan membentuk jalinan yang disebut miselium. Beberapa jenis cendawan memiliki hifa dengan sekat-sekat melintang yang dinamakan septa. Hifa yang memiliki sekat dinamakan hifa bersekat atau bersepta. Adapun hifa yang tidak memiliki sekat dinamakan asepta atau senositik (Gambar 7.3). Hifa senositik memiliki banyak inti. Pada cendawan yang hidup sebagai parasit terdapat hifa yang mengalami modifikasi menjadi haustoria. Haustoria adalah hifa yang berfungsi sebagai organ penyerap makanan atau menempel pada inang. Selain menyerap makanan, hifa dapat   berkembang membentuk struktur reproduksi.

Gambar 7.3. Struktur somatik cendawan berupa sel tunggal

(a), hifaseptat (b) dan hifa aseptat (c).
Cendawan dapat berproduksi secara aseksual dan seksual dengan membentuk spora. Terdapat bermacam-macam spora aseksual yang dibentuk oleh cendawan, antara lain ialah konidium (jamak: konidia), sporangiospora (spora), dan klamidospora. Pembentukan spora seksual melibatkan proses perkawinan, kariogami dan meiosis. Ciri-ciri dari spora seksual digunakan dalam pengelompokan cendawan ke tingkat filum.

7.2. Peranan fungi (cendawan) dalam bidang Pertanian
7.2.1 Sistematika, keragaman, dan peranan fungi (cendawan) dalam bidang pertanian
Berdasarkan perkembangan sistematika cendawan terkini yang menggunakan ciri-ciri seperti evolusi, ultrastruktur, biokimia dan molekuler untuk kriteria pembentukan takson maka kingdom (dunia) fungi ditata ulang. Cendawan yang dahulunya menempati satu kingdom yaitu fungi sekarang terpisah menjadi 3 kingdom. Ketiga kingdom ini ialah Chromista, Protoctista dan Fungi. Kingdom Chromista disebut cendawan semu atau pseudofungi, kingdom Protoctista disebut cendawan protozoa, dan kingdom Fungi disebut cendawan sejati atau eufungi. Bahasan dalam buku ini utamanya mencakup cendawan anggota kingdom Fungi atau cendawan sejati dan sebagian anggota kingdom Chromista yang mempunyai peranan penting dalam bidang pertanian. Berdasarkan ciri reproduksi sebagai pembeda utama, kingdom Chromista atau cendawan semu dan kingdom Fungi atau cendawan sejati dibagi dalam beberapa filum.
Kingdom Chromista terdiri dari 2 filum yaitu Hyphochytridiomycota dan filum Oomycota. Cendawan sejati terdiri atas 5 filum yaitu Chytridiomycota, filum Zygomycota, filum Ascomycota, filum Basidiomycota dan form-filum Deuteromycota.

Kingdom Chromista (Cendawan semu)

Filum Oomycota
Oomycota atau cendawan air dikatakan sebagai cendawan yang memiliki telur. Oomycota merupakan cendawan yang tersusun atas hifa bercabang yang tidak bersekat. Polisakarida penyusun utama dinding selnya ialah selulosa, bukan kitin seperi pada cendawan sejati.
Oomycota berproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan cara pembentukan zoospora berflagel 2 di dalam zoosporangium pada ujung hifa. Zoospora akan tumbuh membentuk hifa-hifa baru. Sementara itu, reproduksi seksual dilakukan dengan cara peleburan sel telur haploid dengan inti sel dari
anteridium. Proses peleburan sel telur dan anteridium menghasilkan oospora yang diploid. Setelah mengalami masa dorman, oospora berkecambah membentuk zooosporangium yang menghasilkan zoospora diploid. Selanjutnya zoospora akan tumbuh menjadi hifa baru yang diploid.

Oomycota meliputi sejumlah makhluk hidup yang patogen pada tanaman (Gambar 7.4). Contohnya ialah Phytophthora faberi hidup sebagai parasit pada tanaman karet, Phytophthora infestans menyebabkan penyakit karat putih pada tanaman kentang dan Phytophthora nicotinae menyerang tanaman tembakau. Anggota
oomycota lainnya yang bersifat parasit pada tanaman ialah Plasmopara viticola menyebabkan penyakit pada tanaman anggur, dan Phythium sebagai penyebab penyakit lapuk berbulu atau rebah semai (Gambar 7.5) yang menyerang pangkal kecambah beberapa tanaman pertanian. Cendawan Oomycota juga ada yang bersifat saprotrof yaitu Saprolegnia yang hidup pada bangkai hewan atau tumbuhan mati dalam air tawar (Gambar 7.6).

Sumber: www. vegetablemdonline.ppath.cornell.edu
Gambar 7.4. (a) Kentang yang terserang Phytophtora, (b) Zoosporangium, (c) Oogonium.

Sumber: Moore–Landecker 1996
Gambar 7.5. Zoosporangium dan vesikel Pythium

Gambar 7.6. Kapang air tumbuh pada hewan dalam air.


Kingdom Fungi (Cendawan sejati)


1. Filum Chytridiomycota
Cendawan ini merupakan cendawan sejati yang paling sederhana dan sering disebut kitrid. Reproduksi aseksualnya dilakukan dengan cara membentuk zoospora berflagela tunggal berbentuk whiplash. Reproduksi seksual dilakukan dengan membentuk spora rehat. Filum ini merupakan nenek moyang dari cendawan sejati lainnya. Sebagian kitrid hidup di air tawar, air laut, dan lingkungan yang lembab. Salah satu kitrid yang bersifat parasit pada tumbuhan ialah genus Synchytrium. Synchytrium endobiotricum dapat menyebabkan penyakit pada tanaman kentang.
2. Filum Zygomycota
Cendawan anggota filum Zygomycota banyak yang mempunyai nilai ekonomi penting. Cendawan ini ada yang digunakan untuk produksi makanan, industri asam organik, dan bersifat parasitik pada tanaman. Zygomycota yang digunakan untuk produksi makanan dan umum kita kenal ialah Rhizopus oryzae atau kapang tempe. Untuk lebih mengenal cendawan Zygomycota, marilah kita pelajari ciri-ciri reproduksi kapang tempe.

Ciri-ciri R. oryzae secara umum, antara lain ialah hifa tidak bersekat (senositik), hidup sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan senyawa organik. Pembuatan tempe dilakukan secara aerobik. Reproduksi aseksual cendawan R. oryzae dilakukan dengan cara membentuk sporangium yang di dalamnya terdapat sporangiospora. Pada R. oryzae terdapat stolon, yaitu hifa yang terletak di antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium). Reproduksi secara seksual dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk progamentangium. Progamentangium akan membentuk gametangium. Setelah terbentuk gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma yang disebut plasmogami. Hasil peleburan plasma akan membentuk cigit yang kemudian tumbuh menjadi zigospora. Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti yang disebut kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium kecambah. Di dalamsporangium kecambah setelah meiosis akan terbentuk spora (+) dan spora (-) yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-) (Gambar 7.7).

Sumber: Alexopoulos 1996
Gambar 7.7. Daur hidup R. stolonifer.
Coba ambil tempe yang dibungkus dengan daun, ambillah bagian yang berwarna hitam dengan menggunakan tusuk gigi. Amati bagian tersebut menggunakan mikroskop. Jelaskan hasil pengamatan kalian! Dalam pembuatan tempe kedelai, tempe yang belum jadi apabila dibuka cendawannya masih dapat melangsungkan fermentasi atau kedelai tersebut tetap menjadi tempe. Mengapa demikian? Bandingkan dengan proses pembuatan tapai. Mengapa tapai yang dibuka sebelum fermentasi selesai tidak akan terbentuk? Anggota cendawan Zygomycota lainnya diantaranya ialah Pilobolus yang hidup pada kotoran ternak (Gambar 7.8), Cunninghamella parasit pada pohon pinus, Choaneophora parasit pada tanaman Curcubitaceae, Glomus dan Gigaspora. Glomus dan Gigaspora ialah cendawan yang membentuk simbiosis mutualistik mikoriza dengan berbagai macam tanaman termasuk tanaman pertanian yang mempunyai nilai ekonomi penting. Oleh karena itu kedua cendawan tersebut digunakan sebagai pupuk hayati.

Gambar 7.8. Pilobolus pada kotoran ternak.

3. Filum Ascomycota
Kalian pernah makan tapai singkong atau tapai ketan? Tapai singkong atau tapai ketan yang dibuat dari bahan dasar singkong atau beras ketan merupakan hasil fermentasi khamir Saccharomyces cerevisiae.

Marilah kita bahas lebih lanjut ciri-ciri, cara reproduksi, dan peranan cendawan Ascomycota. Cendawan Ascomycota hidup sebagai saprotrof, simbiotik antagonistik, dan simbiotik mutualistik. Struktur somatik cendawan Ascomycota ada yang bersel satu misalnya Saccharomyces sp. yang disebut khamir, dan ada yang bersel banyak dengan hifa bersekat. Cendawan yang memiliki sel banyak yang bersekat ada yang membentuk tubuh buah mikroskopis misalnya Talaromyces, dan ada yang membentuk tubuh buah makroskopis misalnya Morchella dan Nectria. Morchella ialah cendawan pangan dari Ascomycota.

Cendawan kelompok ini melakukan reproduksi secara aseksual degan cara membentuk konidium. Konidium ialah spora tunggal yang dihasilkan dalam kantung (sporangium). Selain itu, beberapa Ascomycota berkembang biak dengan tunas. Tunas terbentuk dari percabangan sel. Setelah semua bagian sel terbentuk, tunas melepaskan diri dari induknya.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan membentuk askokarp. Prosesnya diawali dengan plasmogami antara elemen jantan (antheridium) dengan gametangium betina (askogonium). Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk askus yang mengandung inti diploid. Inti diploid pada askus muda akan mengalami meiosis membentuk 4 inti haploid yang setelahnya dapat mengalami proses mitosis berkali-kali. Inti tersebut akan diselubungi dinding dan berkembang menjadi askospora matang. Askus dapat dibentuk dalam suatu wadah yang disebut askokarp. Askospora yang matang akan keluar dari askus dan askokarp.
Saccharomyces (khamir) merupakan cendawan bersel satu yang tidak memiliki hifa dan tubuh buah makroskopis. Reproduksi khamir secara seksual dilakukan dengan cara persatuan dua sel yang akan membentuk askus menjadi askospora. Saccharomyces dimanfaatkan untuk membuat tapai, bir, dan roti. Dalam proses pembuatan bir, khamir akan mengubah karbohidrat menjadi glukosa. Kemudian mengubah glukosa tersebut menjadi alkohol. Apabila ditulis dengan rumus kimia, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
C6H12O6  –>  2C2H5OH + 2CO2
Saccharomyces juga dimanfaatkan untuk mengembangkan adonan roti, misalnya kue apem atau roti tawar. Adonan yang sudah jadi tidak langsung diolah, tetapi dibiarkan beberapa saat. Hal ini berfungsi untuk memberikan kesempatan pada khamir untuk melakukan proses fermentasi yang menghasilkan gas CO2. Gas CO2 yang terperangkap dalam adonan membuat teksturnya menjadi berongga dan mengembang. Khamir juga digunakan dalam industri alkohol. Proses akhir untuk mendapatkan alkohol ialah dengan cara penyulingan.

4. Filum Basidiomycota
Pernahkah kalian makan keripik jamur merang yang terkenal dari daerah Karawang atau jamur kancing yang berasal dari Dieng Wonosobo di Jawa Tengah? Keripik jamur merang ini dibuat dari bahan dasar jamur yang termasuk ke dalam filum Basidiomycota. Selain kripik, pernahkah kalian memakan jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur shiitake (Lentinula edodes), dan jamur kuping (Auricularia auricula) (Gambar 7.9). Jamur tersebut merupakan jamur pangan yang telah umum dibudidayakan. Selain digunakan sebagai jamur pangan, filum Basidiomycota juga ada yang dimanfaatkan untuk pengobatan, contohnya Ganoderma sp. (Gambar 7.10) yang sering disebut LingZhe. Di alam, Ganoderma yang digunakan sebagai jamur obat, dapat juga bersifat parasit terutama pada tanaman kelapa sawit yang sulit dikendalikan.

Jamur tiram (Gambar 7.11), shiitake, dan kuping ialah jamur kayu yang sering dijumpai tumbuh pada batang pohon yang sudah lapuk, sedangkan jamur merang tumbuh pada jerami padi.

Basidiomycota hidup sebagai saprotrof, simbiotik antagonistik, dan simbiotik mutualistik pada tumbuhan. Basidiomycota umumnya membentuk tubuh buah makroskopis yang disebut basidiokarp. Di dalam basidiokarp terdapat basidium yang menyangga spora yang disebut basidiospora.Reproduksi seksual dimulai setelah terjadinya peleburan 2 miselium haploid atau 2 basidiospora yang serasi (n+n). Sel hifa  haploid yang berinti 2 yang serasi disebut hifa haploid dikariotik. Hifa
haploid dikariotik (n+n) terus tumbuh membentuk basidiokarp.
Beberapa sel yang terdapat pada bagian fertil dari basidiokarp berkembang membentuk basidium muda yang kemudian melakukan kariogami menghasilkan inti diploid (2n). Setiap inti diploid mengalami meiosis menghasilkan 4 inti haploid yang kemudian berkembang menjadi basidiospora yang dibentuk di ujung basidium. Setiapbasidium dewasa biasanya menyangga 4 basidiospora. Struktur yang menyangga basidiospora pada basidium disebut sterigma.
5. Cendawan bermitospora
Kelompok cendawan ini memiliki hifa bersekat dan melakukan reproduksi secara aseksual dengan konidium. Spora aseksual lainnya dapat berupa blastospora (spora yang dibentuk secara bertunas) atau artrospora (spora yang dibentuk dari bagian-bagian hifa). Adapun reproduksi secara seksualnya belum diketahui. Bila cendawan ini membentuk reproduksi seksual maka akan berubah mejadi filum Ascomycota jika membentuk askospora dan filum Basidiomycota jika membentuk basidiospora. Beberapa anggota cendawan ini ada yang membentuk tubuh buah yang berisi spora aseksual yang disebut piknidium.
Cendawan cendawan bermitospora banyak yang bermanfaat dan juga merugikan manusia. Cendawan ini banyak yang sudah digunakan untuk industri diantaranya ialah antibiotik, pangan, dan  pupuk hayati. Contoh dari cendawan yang berperan dalam industri antibiotik dan pangan ialah Penicillium. Penicillium chrysogenum dan Penicillium notatum digunakan sebagai penghasil antibiotik penisilin. Antibiotik penisilin pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming. Penicillium roqueforti dan Penicillium camemberti sering digunakan dalam pembuatan keju.

Contoh lain cendawan bermitospora ialah Monilia sitophila. (cendawan oncom) yang memiliki konidia berwarna merah jingga. Cendawan ini digunakan untuk pembuatan oncom merah. Di daerah Bandung, oncom merupakan makanan yang sangat digemari. Monilia sitophila membentuk reproduksi seksual dengan askospora sehingga cendawan seksualnya masuk ke dalam filum Ascomycota. Kelompok cendawan bermitospora yang digunakan dalam industri ialah Aspegillus (Gambar 7.12). Aspegillus niger digunakan untuk produksi asam sitrat atau pupuk hayati. Aspergillus wentii dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kecap, sake, tauco, asam sitrat, dan asam oksalat. Anggota genus Aspergillus juga ada yang bersifat merugikan.

Aspegillus flavus menghasilkan mikotoksin yang disebut aflatoksin. Aspergillus fumigatus dapat menimbulkan penyakit paruparu pada burung. Aspergillus sp dapat hidup pada makanan, pakaian, buku, dan kayu yang lembab. Cendawan bermitospora banyak yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan diantaranya ialah Fusarium, Curvularia, dan Cladosporium.

7.2.2 Peranan fungi (cendawan) lainnya dalam bidang pertanian
Keberadaan fungi atau cendawan sangat berlimpah dan mempunyai peranan yang sangat penting di alam termasuk dalam bidang pertanian. Dalam bidang pertanian peranan cendawan dapat merugikan dan menguntungkan. Cendawan simbiotik antagonistik atau sering disebut cendawan parasit merugikan produksi pertanian, sedangkan cendawan simbiotik mutualistik sangat menguntungkan. Simbiotik mutualistik cendawan yang mempunyai peran dalam
pertanian diantaranya ialah mikoriza dan liken.
Mikoriza
Mikoriza ialah simbiosis mutualistik antara cendawan dengan akar tumbuhan. Dalam simbiosis mikoriza, cendawan mendapatkan unsur karbon dari tumbuhan, sedangkan tumbuhan mendapatkan air dan mineral dari cendawan, terutama fosfat. Hampir semua tumbuhan di dunia bersimbiosis membentuk mikoriza. Cendawan yang membentuk simbiosis mikoriza disebut cendawan mikoriza. Cendawan mikoriza termasuk ke dalam filum Zigomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Berdasarkan tipe kolonisasinya, mikoriza dibedakan menjadi ektomikoriza dan endomikoriza.
Ektomikoriza
Salah satu contoh ektomikoriza ialah simbosis mutualistik antara cendawan dengan akar pohon Pinus sp (Gambar 7.13). Cendawan  yang membentuk ektomikoriza ialah Ascomycota dan Basidiomycota. Kolonisasi cendawan terbentuk secara interseluler dan membentuk hifa pada permukaan luar akar inangnya yang disebut mantel. Hifa cendawan mengkolonisasi akar sampai korteks dan tidak menembus endodermis. Selain tumbuh di dalam akar hifa cendawan juga tumbuh di dalam tanah yang berfungsi untuk menyerap air dan zat hara terutama fosfat sehingga mikoriza berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan akar.

Sumber: Moore-Landecker 19 Gambar 7.13.

Peningkatan pertumbuhan tanaman Pinus yang bersimbiosis dengan cendawan membentuk ektomikoriza.

Endomikoriza
Endomikoriza ialah mikoriza yang kolonisasi cendawannya terjadi secara intraseluler. Simbiosis mutualistik endomikoriza terbentuk antara cendawan dengan tanaman pertanian, perkebunan, tanaman dari hutan tanaman industri, dan tanaman hias. Anggrek, jagung, alpukat, melon, coklat, sengon, dan kunyit merupakan contoh tanaman yang bersimbiosis membentuk endomikoriza. Seperti halnya pada ektomikoriza, pada endomikoriza kolonisasi cendawan hanya sampai pada korteks. Cendawan mikoriza tidak mengkolonisasi endodermis akar seperti pada cendawan parasit. Cendawan yang membentuk endomikoriza termasuk ke dalam filum Zigomycota.

Liken (lumut kerak)
Di tembok-tembok, genting atau pada batang pohon sering kita temukan struktur seperti sisik berwarna-warni. Sisik tersebut sebenarnya ialah lumut kerak (lichens/liken). Meskipun disebut lumut kerak, namun makhluk hidup ini tidak termasuk ke dalam kelompok lumut. Lumut kerak merupakan simbosis mutualistik antara cendawan dari kelompok Ascomycota atau Basidiomycota dengan ganggang hijau atau ganggang hijau biru (sianobakteri). Dengan simbosis ini, cendawan memperoleh makanan dari hasil fotosintesis ganggang, sedangkan ganggang memperoleh air dan mineral dari cendawan.

Pada liken, sering ditemukan struktur seperti tepung. Tepung itu adalah beberapa sel ganggang yang terbungkus hifa dan terdapat di permukaan lumut kerak yang disebut soredium (jamak: soredia). Soredium berfungsi untuk pembiakan secara vegetatif (fragmentasi), selain dengan spora dan membelah diri.
Habitat liken sangat bervariasi dan dapat hidup pada daerah yang ekstrim. Liken dapat melekat pada batu atau tembok yang tidak dapat ditempati oleh makhluk hidup lain. Oleh karena itu liken disebut juga makhluk hidup pioner atau perintis. Liken membantu proses pembentukan tanah dengan cara menghancurkan batuan dengan unsur likenik (Gambar 7.14).

Perubahan cuaca, kelembaban dan pelepasan zat kimiawi oleh liken menyebabkan permukaan batuan melapuk yang kemudian dipakai sebagai media tumbuh untuk hidup tanaman dan hewan-hewan kecil. Liken yang bersimbiosis dengan sianobakteri dapat melkukan fiksasi nitrogen dari udara. Hal inimembantu siklus nitrogen yang ada di alam. Liken sangat sensitif terhadap beberapa jenis polutan yang berbahaya. Misalnya fluorid, logam berat, zat radioaktif, bahan kimia pertanian, dan pestisida. Dengan demikian liken tidak dapat hidup di lingkungan yang sudah tercemar. Sifat inilah yang membuat liken sering dipakai sebagai indikator pencemaran lingkungan. Liken yang hidup melekat pada batu-batuan diantaranya ialah Graphis sp sedangkan yang tumbuh melekat pada batang pohon ialah Usnea dasipoga. Usnea menghasilkan asam usnin yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit TBC.

Sumber: Biology: Concept and Connection 5th edition tahun 2006
Gambar 7.14. Liken yang melekat pada batu.

Rangkuman
Cendawan termasuk makhluk hidup eukariotik (inti sel bermembran), bersel satu atau banyak (multiseluler) dengan dinding sel umumnya dari zat kitin dan tidak berklorofil. Memiliki struktur somatik dan struktur reproduktif. Hidupnya bersifat heterotrof. Dapat bersifat saprotrof, simbiotik antagonistik, dan simbiotik mutualistik. Berdasarkan perkembangan sistematika cendawan terkini, kingdom (dunia) Fungi ditata ulang menjadi 3 kingdom yaitu Chromista (cendawan semu), Protoctista (cendawan protozoa), dan Fungi (cendawan sejati). Kingdom Chromista terdiri atas 2 filum diantaranya ialah Oomycota (cendawan air).

Sedangkan kingdom fungi terdiri atas 5 filum yaitu Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan form filum Deutromycota. Zygomycota merupakan cendawan yang memiliki hifa tidak bersekat (senositik), reproduksi seksual (dengan membentuk zigospora) dan aseksual (dengan membentuk sporangiospora). Contoh cendawan ini ialah Rhizopus oryzae (kapang tempe). Ascomycota merupakan cendawan yang memiliki hifa bersekat. Reproduksi aseksual dengan membentuk konidium sedangkan reproduksi seksual dengan askospora. Contohnya Ascomycota ialah Sacharomyces cerevisiae yang dimanfaatkan dalam pembuatan tapai, roti, dan bir. Contoh lain Ascomycota ialah Morchella, dan Nectria. Basidiomycota merupakan cendawan yang memiliki hifa bersekat. Reproduksi secara aseksual dengan membentuk konidium dan seksual membentuk basidiospora. Contoh Basidiomycota yang digunakan sebagai jamur pangan ialah jamur merang (Volvariela volvaceae), jamur kuping (Auricularia auricula), dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Ganoderma sp. merupakan contoh Basidiomycota yang digunakan sebagai jamur obat.

Form filum Deutromycota merupakan kelompok cendawan yang belum diketahui proses reproduksi seksualnya. Reproduksi aseksual membentuk konidium. Contoh cendawan ini yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan ialah Fusarium, Curvularia, dan Cladosporium. Sedangkan yang digunakan dalam industri asam organik, antibiotik dan pangan ialah Aspergillus sp, Penicillium sp, dan Monilia sitophila. Bentuk simbiosis mutualistik antara fungi dan akar tumbuhan disebut mikoriza. Hifa cendawan mikoriza memperluas bidang penyerapan air dan nutrisi yang dilakukan oleh akar tumbuhan. Mikoriza terdiri atas atas ektomikoriza dan endomikoriza. Lumut kerak (likens) merupakan simbiosis mutalistik antara fungi (cendawan) dan algae (ganggang). Contoh lumut kerak ialah Graphis sp. dan Usnea dasipoga.



0 komentar "Fungi – Crayonpedia", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar