Aeromobile - Salah satu prosedur yang diberlakukan dalam sebuah penerbangan dengan pesawat terbang komersial adalah membebaskan pesawat terbang dari pengaruh pancaran gelombang radio/gelombang elektromagnetik yang berpotensi mengancam keselamatan penerbangannya.
Pemberlakuan itu dimulai dari saat engine, peralatan komunikasi, dan navigasi pesawat terbang dinyalakan di tempat parkir pesawat (appron) bandara keberangkatan, saat berjalan (taxiing) dari tempat parkir ke landasan pacu (run way), saat tinggal landas (take-off), saat terbang jelajah (cruising) di ketinggian jelajah, saat mendekati bandara tujuan (approaching), saat mendarat (landing), berjalan dari landasan pacu ke tempat parkir, hingga kembali ke tempat parkir di bandara tujuan.
Maka berlakulah larangan untuk tidak mengaktifkan ponsel selama melakukan penerbangan. Ketika sebuah Ponsel diaktifkan, dengan algoritma yang ada di dalamnya, Ponsel akan mengatur sistem internalnya kemudian mengatur daya pancar gelombang radionya hingga dapat diterima oleh BTS (Base Transceiver Station) dan memperoleh sinyal umpan-balik (feedback) untuk memastikan bahwa Ponsel itu sudah tersambung dengan jaringan seluler di sekitarnya dan siap digunakan untuk menerima/mengirim panggilannya baik berupa teks, gambar, suara, maupun data.
Jika sinyal umpan-balik dari BTS ke Ponsel belum diperoleh, maka Ponsel akan terus-menerus memancarkan daya pancar gelombang radionya yang semakin besar hingga suatu ketika berhenti dan menampilkan pesan “no network” pada layarnya. Ponsel akan mengulangi prosedur itu secara periodik.
Itulah sebabnya sebuah Ponsel akan cepat habis baterainya apabila beroperasi di daerah dengan sinyal jaringan BTS yang lemah atau tidak ada sama sekali walaupun Ponsel tidak digunakan untuk berkomunikasi.
Kondisi yang sama akan terjadi pada Ponsel di dalam pesawat terbang yang sedang terbang jelajah di ketinggian 35.000 kaki (10 km) ke atas, dimana sinyal jaringan tidak ada sama sekali.
Ketiadaan sinyal jaringan ini terjadi karena sinyal BTS hanya mampu menjangkau Ponsel dalam radius 10 km horizontal, bukan vertikal. Andaipun oleh suatu sebab Ponsel dapat menerima sinyal dari BTS di darat, tetap tidak akan sempurna karena proses pemindahan sambungan dari satu BTS ke BTS lain (hands-over) agar Ponsel tetap terhubung ke jaringan seluler berjalan terlalu cepat sebagai akibat pergerakan pesawat terbang yang sangat cepat.
Jadi jelaslah bahwa mengaktifkan Ponsel dalam suatu penerbangan sangatlah mubazir, karena disamping hanya akan menghabiskan daya baterainya, juga Ponsel tidak akan berfungsi, kecuali jika di pesawat terbang telah ada sistem Aeromobile yang memang disediakan oleh maskapai penerbangan sehingga Ponsel dapat berfungsi secara normal selama penerbangan.
Aeromobile adalah sistem jaringan seluler khusus di pesawat terbang untuk melayani kebutuhan komunikasi penumpangnya selama penerbangan. Hal ini dapat terlaksana karena di dalam pesawat terbang dipasang sebuah BTS khusus yang mampu memancar-ulang (relay) lalu lintas (traffic) komunikasi seluler dari Ponsel di pesawat terbang dengan di bumi melalui jaringan Sistem Komunikasi Satelit (Inmarsat-4) dan jaringan Sistem Komunikasi Terestrial di darat.
Di maskapai penerbangan asing kini Aeromobile telah tersedia meskipun harganya masih sangat mahal, lantaran masih bersifat eksklusif. Apabila tidak ada sistem Aeromobile di pesawat terbang, maka jika mengaktifkan ponsel selama penerbangan selain percuma, juga pancaran radio dari ponsel berpotensi mengganggu sisitem yang ada pada pesawat terbang.
Hal tersebut disebabkan karena, jika ada terdapat sistem Aeromobile, daya pancar gelombang radio dari Ponsel yang dikeluarkannya sangat kecil, sedangkan bila tidak ada justru daya pancarnya akan lebih besar. Daya pancar gelombang radio dari Ponsel yang besar inilah yang dapat mengganggu sistem yang ada di pesawat terbang dan dapat mengancam keselamatan dalam penerbangan.
0 komentar "Kontroversi Flight Mode Ponsel pada Penerbangan", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar