
WC bukan hanya tempat kotoran, tetapi adalah kebutuhan hidup, karena setiap saat orang memerlukan WC. Karena kebutuhan, maka WC didekatkan kepada penggunanya.Maka kini WC berada di dalam rumah, bahkan di dalam kamar tidur. Mengapa masih banyak orang yang korupsi ? karena korupsi masih dipandang sebagai keberhasilan. Lihat saja berita Koran, yang selalu menyebut; bupati A berhasil membobol anggaran daerah. Kepala Sekolah berhasil menyunat dana BOS. Karena dalam konsepnya korupsi masih dipandang sebagai keberhasilan, maka orang berusaha menggapainya. Lain halnya jika korupsi dipandang sebagai najis, maka semua orang tidak mau menyentuhnya.
Ada masyarakat atau bangsa yang sudah berbudaya tinggi dan ada yang masih berbudaya rendah. Masyarakat yang berbudaya tinggi selalu memelihara nilai-nilai budayanya, seperti kejujuran, kesetiaan, kedisiplinan, kesehataan dan kemajuan. Sedangkan masyarakat yang berbudaya rendah mudah berbohong, mudah berkhianat, mudah melanggar janji dan tidak menghargai harkat manusia.
Nah, proses pembudayaan masyarakat dan bangsa itu melalui pendidikan. Pendidikanlah yang membuat suatu masyarakat atau bangsa menjadi bermartabat, dan guru adalah pilar utama dalam proses pendidikan. Hanya saja ada guru yang baru berada pada tingkat pengajar dan ada guru yang sudah berada pada tingkat pendidik. Guru pengajar perhatiannya hanya pada proses transfer ilmu pengetahuan. Pokok dating mengajar kemudian muridnya rapotnya bagus. Guru pengajar biasanya belum memiliki rasa cinta kepada pendidikan, oleh karena itu pusat perhatiannya masih pada honor mengajar.
Jika honornya besar ia rajin, jika honornya kecil ia malas. Sedangkan guru pendidik perhatiannya adalah pada transfer budaya, transfer perilaku. Ia sangat sedih jika ada murid yang mempunyai kebiasaan mencontek, karena mencontek merupakan perwujudan dari budaya yang rendah. Guru pendidik merasa bangga terhadap muridnya yang berakhlak baik, apalagi jika prestasinya juga baik. Guru pengajar akan mengalami disebut sebagai bekas guru saya oleh muridnya, sedangkan guru pendidik, seumur hidup oleh muridnya tetap disebut guru saya.
Dalam budaya Jawa, guru disebut sebagai kependekan dari yang digugu dan yang ditiru, yakni guru adalah figur yang terpercaya dan menjadi teladan bagi orang banyak.
Nah inilah tantangan dari organisasi guru seperti , PGRI, ASOSIASI GURU BERSATU INDONESIA, dll. yakni bagaimana organisasi ini bisa membangun komunitas pendidikan yang bekerja membudayakan bangsa dengan kebudayaan yang tinggi. Tugas inilah yang membuat guru disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
0 komentar "GURU : digugu dan ditiru", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar