Psikologi Manusia Menurut Al-Qur’an

Ditulis oleh: -
Dalam Al-Qur’an (dan juga dalam al-hadist) banyak disebut tentang manusia menyangkut statusnya, hak dan kewajibannya serta sifat dan kecenderungannya. Dalam konteks berkomunikasi, pembahasan yang relevan adalah sisi dalam yang ada pada manusia yang mempengaruhi, baik akal, hati, maupun tabi’at-tabiat dasar manusia lainnya.

Ada dua status yang disandang manusia seperti yang disebut dalam al-Qur’an menggambarkan kebesaran sekaligus kelemahan manusia, yaitu status sebagai khlaifah Allah (lihat surat Al-Baqarah,30, Shad, 29) dan sebagai Hamba-Nya , atau Abdullah (lihat Surat al-baqarah,221, an-Nahl, 77).

Dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, manusia adalah kecil dan lemah karena ia hanya sebagai abd, tetapi hubungannya dengan sesama ciptaan Allah di muka bumi ini, manusia memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, yakni sebagai khalifah-Nya, sebagai wakil Allah dimana ia diberi tanggung jawab untuk atas nama Allah meneegakan hukum-hukum –Nya di muka bumi, dan sebagai imbalannya, seluruh isi bumi diserahkan pengelolaannya dan pemanfaatannya untuk manusia.

Jadi, manusia menurut al-Qur’an adalah besar pada satu dimensi, tetapi juga kecil menurut dimensi yang lain. Barang kali karena dua dimensi yang bertentangan inilah maka manusia dalam merespon suatu masalah terkadang berjiwa besar, sportif, siap memberi dan pemberani, sementara di lain kesempatan ia berjiwa kecil, penakut, curang, putus asa dan lari dari tanggung jawab. Manusia memang unik, dan ia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu, baik yang positif maupun yang negatif, dan dalam perspektif al-Qur’an kecenderungan itulah kemanusiaan manusia.
Psikologi membahas bagaimana manusia berpikir dan merasa. Dalam al-Qur’an, aktivitas berpikir dan merasa dihubungkan dengan apa yang disebut qalbu (hati), nafs (jiwa), aqal, dan bashirah (hati nurani).

0 komentar "Psikologi Manusia Menurut Al-Qur’an", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar